Selasa, 08 Oktober 2013

Hai, Kamu...



Hai, kamu…
Hari ini aku melihatmu lagi. Aku dapat melihatmu dengan jelas tanpa bantuan pen light. Juga dapat mendengar suaramu lebih jelas dengan jarak sedekat ini. Kau berada ditempat yang sama, bangku nomor delapan di coffee shop tua favorit kita. Kita? HAHAHA. Abaikan!
Aku ada diarah jam tigamu, tepat di bangku bernomor lebih satu dari nomor bangkumu. Hanya dengan sedikit berpaling ke kiri aku sudah dapat melihatmu dengan secangkir hot moccachino coffee kesukaanmu. Aku tahu, pasti hot moccachino coffee yang ada dalam cangkir putih diatas meja tepat didepan bangkumu itu. Mengapa aku tahu dan begitu yakin akan itu? Aku menanyakannya kemarin pada salah satu barista disini. Darinya aku tahu bahwa kamu selalu memesan itu setiap kali kesini. Dia juga bilang, kamu adalah konsumen setia bagi tempat mereka bekerja. Hmmmm, setia katanya. Ehem!
I think that possibly, maybe I'm falling for you
Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you.
I've seen the paths that your eyes wander down
I want to come too
Hari ini kamu memakai t-shirt hitam polos dengan jeans berwarna sama. Sneaker vans cokelat yang kamu gunakan lalu menjadi kontras dibuatnya. Tidak ada masalah selama kamu masih duduk tenang setiap sabtu jam tiga sore disini. Dengan kostum apapun aku pasti terima. Asal, matamu tidak kamu ubah dengan plastic surgical jenis apapun. Karena… aku suka.
I think that possibly, maybe I'm falling for you
No one understands me quite like you do
Through all of the shadowy corners of me
Aku suka matamu, kataku. Waktu itu, dia sempat bertemu dengan mataku. Sebentar sih, hanya dalam se-per-sekian detik saja. Tidak sengaja sih, tapi, bukankah suatu kebetulan sekecil apapun itu adalah rencana Tuhan? Aku percaya akan Tuhan, dan tentu aku percaya dengan segala kehendak-Nya.
I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much
All of the while I never knew
Cina, matahari dan ice cream. Mereka bertiga mewakili bagaimana aku dapat mendeskripsikan matamu. Dan mereka bertiga jugalah yang menjadi alasan mengapa aku suka pada matamu, dan mengapa aku menjadi sering ke tempat ini setelah pertemuan pertama yang dikehendaki oleh yang kusebut pencipta semestaku itu.
Aku menarik nafas panjang lalu membuangnya lewat mulut. Tekhnik relaksasi namanya. Sedetik setelah itu aku mulai menyadari sesuatu, ah, minuman yang ku pesan hampir saja menjadi dingin dengan percuma.
I think that possibly, maybe I'm falling for you
Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you.
I've seen the waters that make your eyes shine
Now I'm shining too
Aku lalu mulai menyeruput vanilla coffee-ku dengan mencium aromanya terlebih dahulu. Kamu tahu? Aku suka aroma kopi hangat terkhusus ampasnya seperti aku suka wangi kertas pada buku yang baru ku lepas plastik pembungkusnya. Kamu pasti tidak tahu, kan? Aku suka mendengarkan musik melalui earphone, alternatif khususnya. Dan yang paling pasti, kamu tidak tahu, kan? Aku penyendiri, sekaligus penikmat imajinasi.
Hai, kamu.
Kamu yang sebenarnya tidak pernah ada, tapi sangat aku butuhkan.
If I didn't know you, I'd rather not know
If I couldn't have you, I'd rather be alone

Lagu : Falling In Love In A Coffee Shop - Landon Pigg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar